Minggu, 15 Mei 2011

Novel kisah nyata.... ( ANTARA CAHAYA)

A. Kelas Menyanyi

Kudengar suara itu, pagi di tahun 1996 telah datang dan segera ku bangun dari tempat tidur yang paling nyaman didunia, tempat tidur yang terbuat dari kapas pohon samping rumah dengan jahitan penuh kasih sayang dari ibuku. Kulangkakan kaki dari kamar ukuran tiga kali dua meter dengan dinding triples yang penuh tempelan kertas korang dan gambar hasil karya dari saudara-saudaraku yang telah lebih dulu melanjutkan sekolahnya ke SLTP, SMA dan Perguruan tinggi.

Di dapur rumah kujumpai ibuku yang sejatinya dari subuh telah memulai setiap persiapan untuk keluarga agar hari ini semuanya berjalan lancar bagi keluarga kami. Kudengar ibuku mengatakan dengan menanyakan kepadaku tentang sekolah yang akan kumasuki sebagai awalku mengenal tulisan dan cara mengetahui arti dari tulisan. Beliu berkata, hari ini akan kuantar kau anakku ke sekolah taman kanak-kanak sebagai awalmu untuk berusaha mengejar keinginan yang ingin kamu capai didalam hidupmu, saya mengikuti saja sambil berpikir dalam hati, sekolah taman kanak-kanak adalah sekolah yang banyak menyanyinya dan menyanyi itu adalah sesuatu yang tidak bisa kulakukan dengan baik.

Jiwaku mengangumi seni tapi memang pada diri yang kumiliki tak terlalu bisa membedakan antara menyanyi dan membaca atau berbicara dengan orang lain sehingga menyanyi adalah sesuatu yang tak bisa kulakukan dengan baik. Sejatinya sekolah taman kanak-kanak itu hanya berada lima puluh meter dari rumah keluargaku jadi sebelum saya diajak ibu pagi itu saya sudah mengetahui aktivitas apa yang biasa dilakukan anak-anak di sekolah itu karena setiap bermain-main disekitar sekolah taman kanak-kanak tersebut, selalu kusempatkan untuk melihat yang dilakukan anak-anak disekolah itu.

Sampai di sekolah ibu mengatakan sekolah ini baik untukmu karena kamu bisa bermain, bisa mengambar dan bisa mulai belajar membaca serta menulis anakku, bersamaan dengan itu kami sampai didepan kelas dan segera ibuku berbicara dengan guru sekolah itu, yang kudengar dan kuingat ibu mengatakan ini anakku. Kumasuki ruangan kelas, dan memang benar apa yang dikatakan ibu padaku tadi, kelas dimulai dengan pelajaran menggambar suatu panorama alam. Kuingat panorama alam yang kugambar hari itu adalah dua buah gunung dengan jalanan diantaranya, sawah-sawah di kaki gunung dan awan-awan serta matahari yang bersinar di pojok kanan gambar tersebut.

Setelah selesai menggambar kelas pun istirahat dan kami bisa bermain didepan sekolah dengan ayunan yang menjadi permainan paling disenangi di sekolah itu, hal ini wajar saja karena disekolah kami hanya permainan itu yang ada. Setelah bermain kami pun memasuki kelas untuk memulai pelajaran menghafal huruf dari A sampai Z. Di akhir kelas hari itu ditutup dengan menyanyikan lagu secara bersama sampai menyanyikan lagu dari satu murid ke murid yang lain. Keringat mulai mengalir dari seluruh badanku sampai ketika kudengar namaku dipanggil kedepan untuk menyanyikan lagu apa saja yang kuhafal, kurasakan keringat itu telah membuat bajuku basah semua. Dan akhirnya sifat lemah dari kanak-kanakku muncul, menangis karena mengetahui diriku yang tidak bisa menyanyi dengan baik di panggil kedepan kelas untuk menyanyi. Walau penuh dengan bujukan guru untuk membuatku berani kedepan kelas menyanyi namun hari itu memang tak bisa kuhadapi dan yang kulakukan hanya menangis sebagai isyarat kepada guru bahwa saya tidak bisa melakukannya. Mengerti dengan keadaanku, guru melanjutkan giliran menyanyi ke anak yang lainnya sampai kuhadapi kenyataan bahwa hanya diriku yang tak mampu menyanyi dalam kelas. Setelah semuanya mendapatkan giliran, kelas pun dibubarkan dengan membaca doa sebagai penutup.

Pada malam harinya kuminta kepada ibu untuk disekolahkan langsung ke Sekolah Dasar yang jaraknya juga tidak terlalu jauh dari sekolah taman kanak-kanak. Mungkin karena menjadi anak bungsu dari tujuh bersaudara dikeluargaku yang kesemuanya adalah laki-laki, jadi ibu dan ayahku H.Muhammad Mansyur mengiyakan permintaanku sebagai bentuk kasih sayangnya. Sekolah Dasar Negeri Nomor 7 Lassang-lassang adalah nama sekolah yang kutempati memperoleh pendidikan. Sekolah ini juga yang ditempati kakakku untuk memperoleh pendidikan formal pertamanya.

Hari pertamaku dibangku sekolah kelas satu sangat sesuai harapan karena tak kujumpai keharusan menyanyi hingga lonceng sebagai tanda pulang berbunyi. Tiba dirumah ibuku telah menyediakan menu masakan yang akan selalu menjadi masakan terlesat didunia ini, walau hanya sayur kelor dan ikan bandeng kering. Sore harinya seperti biasa, ku berangkat ketempat mengaji dan setelahnya menonton Satria Baja Hitam di rumah sepupu, karena kami belum memiliki Televisi pada saat itu dan nanti setelah pulang baru belajar menghafal huruf A sampai Z dilanjutkan dengan belajar membaca. Hal ini terus berlanjut hingga ku mencapai bangku kelas dua.

Pengikut