Sabtu, 15 Januari 2011

Makalah Hukum Lingkungan Internasional



PENDAHULUAN

Perairan Indonesia kaya akan sumberdaya kelautan dan perikanan dan merupakan jalur transportasi internasional yang strategis. Selain itu, perairan Indonesia terletak di antara negara-negara produsen minyak di bagian barat dan negara-negara konsumen di bagian timur. Disisi lain Indonesia memiliki anjungan minyak lepas pantai ratusan jumlahnya. Oleh sebab itu beberapa wilayah perairan Indonesia rentan akan pencemaran minyak. Sebagaimana diketahui minyak sangat berbahaya bagi kehidupan di laut. Pencemaran minyak dapat menyebabkan kematian ikan, kerusakan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan beberapa bangunan pantai. Beberapa kasus telah merugikan milyaran rupiah bagi nelayan dan pembudidaya ikan, namun upaya tuntutan ganti kerugian seringkali menghadapi hambatan. Oleh sebab itu melalui makalah ini diuraikan bahaya dan proses pencemaran minyak di perairan, dampak negatif yang dapat ditimbulkan dan upaya tuntutan ganti kerugian yang dapat di lakukan Dalam kurun waktu 1975-2004, menurut data dari Jatam (2005) telah terjadi sekitar 32 kasus tumpahan minyak besar di perairan Indonesia, yang 10 diantaranya dilokasi Pertamina. Sementara itu, pencemaran minyak meningkat tajam di tahun 2004, menjadi 10 kejadian. Cemaran minyak di laut adalah pembunuh ampuh bagi kehidupan di laut.

Sebagai contoh Pada tanggal 21 agustus 2009 terjadi pencemaran minyak di Laut Timor (cride oil) akibat meledaknya ladang gas Montara,akibat meledaknya ladang gas Montara tumpahan minyak tersebut memasuki wilayah perairan Nusa Tenggara Timur (NTT) sejauh 51 mil atau sekitar 80 km tenggara pulau Rote.Dari ledakan ladang tersebut angka kebocoran minyak mentah,gas dan kondesat yang telah menyembur ke laut Timor setiap harinya. Tetapi, menurut laporan pemerhati lingkungan di Australia yang membuat penelitiaan terhadap pencemaran mengatakan tidak kurang dari 500.000 liter minyak mentah dimuntahkan setiap hari ke laut Timordari ladang Montara yang bocor. Sementara juru bicara kementrian energi Australia menyebutkan , sekitar 2.000 barel minyak,gas dan kondesat yang menyembur ke laut Timor.Masyarakat di pesisir selatan Pulau Timor,Rote dan Sabu telah merasakan dampak dari meledaknya ladang gas di Montara seperti para nelayan dan petani rumput laut
.

SUMBER PENCEMARAN MINYAK DI LAUT

Pencemaran minyak di laut berasal dari beberapa sumber, yaitu: (i) tumpahan minyak karena operasional rutin kapal dan kecelakaan kapal, (ii) pelimpasan minyak dari darat (down the drain), (iii) terbawa asap (up in smoke), (iv) eksplorasi dan eksploitasi lepas pantai, (v) pipa transportasi minyak, (vi) tank cleaning, dan (vii) perembesan alami (natural seeps). Sumber terbesar terjadinya pencemaran minyak di laut adalah pelimpasan minyak dari darat (down the drain).

Dalam makalah ini hanya akan dibahas sumber-sumber pencemar minyak di Laut. Beberapa sumber bahan pencemar minyak di laut
yang disebabkan oleh kegiatan manusia adalah: (1) Kegiatan eksplorasi,
produksi, penampungan, dan bongkar muat minyak di pantai (onshore) dan
lepas pantai (offshore), (2) Kegiatan pengangkutan minyak melalui kapal, (3)
Penyaluran minyak melalui transportasi pipa, dan (4) Kegiatan lainnnya.
Adapun penyebab terjadinya tumpahan minyak di perairan adalah:
(1) Kebocoran, (2) Kecelakaan, (3) Sabotase, dan (4) Kesengajaan, misal
ballast water.

PROSES PENCEMARAN MINYAK DI LAUT
Dalam membahas pencemaran minyak di laut perlu diketahui beberapa aspek yang terkait dengan proses pencemaran minyak di laut yaitu tipe minyak, sifat minyak, nasib (fate) dan pelapukan minyak (wheathering), jalur pergerakan minyak (pathways), dan keterpaparan (exposure).

(1) Tipe Minyak
Minyak (petroleum) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari campuran senyawa hidrokarbon dan unsur-unsur mikro (trace elements). Biasanya minyak digambarkan berdasarkan keadaan fisiknya, seperti berat jenis (densitas), titik lebur (pour point), dan komposisi kimiawi (perbandingan hidrokarbon, aspal, dan belerang). Walaupun sangat kompleks sifatnya, minyak dapat dibagi ke dalam empat kelompok utama, yaitu: alkana (alkanes), naphtana (napthenes), aromatik (aromatics), dan alkene (alkenes) dan terdapat juka kelompok lainnya.
Alkana (disebut juga normal paraffins): dicirikan dengan adanya rantai atom karbon (bercabang atau tidak bercabang) berikatan dengan atom hidrogen, dan merupakan rantai atom jenuh (tidak memiliki ikatan ganda). Termasuk dalam kelompok ini adalah methane, propane, dan isobutene.

Naphtana (napthenes, disebut juga cycloalkanes atau cycloparaffins): 50% dari minyak mentah biasanya merupakan naphtana. Kelompok ini mirip dengan alkana, akan tetapi dibedakan dari keberadaan cincin atom karbon tertutup yang masih sederhana. Naphthana biasanya bersifat stabil dan relative tidak larut dalam air. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain cyclopropane dan cyclopentane.
Aromatik (Aromatics): adalah kelas hidrokarbon dengan karakteristik cincin yang tersusun dari enam atom karbon. Aromatik ini merupakan komponen minyak mentah yang paling beracun, dan bisa memberi dampak kronik (menahun, berjangka lama) dan karsinogenik (menyebabkan kanker). Hampir kebanyakan aromatik bermassa rendah (low-weight aromatics), dapat larut dalam air sehingga meningkatkan kemungkinan kontak dengan sumberdaya hayati perairan. Contoh dalam kelompok ini adalah benzene, naphthalene, and benzo(a)pyrene.

Alkene (Alkenes, disebut juga olefins atau isoparaffins): memiliki karakteristik yang mirip dengan alkana, namun mempunyai ikatan ganda atom karbon. Alkene biasanya tidak ditemukan pada minyak mentah, namun lebih banyak terdapat pada produk-produk olahan (refinery), seperti minyak tanah (gasoline). Alkene yang umum ditemukan adalah ethene dan propene.

Komponen lain: selain empat komponen utama penyusuan minyak tersebut di atas, minyak juga dikarakterisasikan oleh adanya komponen-komponen lain seperti aspal (asphalt) dan resin. Komponen lain tersebut kadangkala terdapat dalam jumlah besar, sehingga membuat minyak menjadi sangat padat dan kental
(2) Sifat Minyak
Beberapa sifat minyak yang harus dipertimbangkan dalam penentuan tingkat kerusakan sumberdaya pesisir dan laut antara lain: (i) berat jenis (density), (ii) kekentalan (viscosity), (iii) titik lebur (pour point), (iv) kelarutan (solubility), (v) komposisi kimiawi (percent aromatics); dan (vi) potensi untuk menjadi emulsi. Setiap jenis minyak tentu saja memiliki sifat-sifat yang berlainan, sehingga karakteristik masing-masing jenis minyak dapat dibedakan dari satu jenis ke jenis lainnya, atau biasa disebut memiliki finger print yang berbeda.

(3) Nasib dan Pelapukan Minyak
Minyak yang tumpah ke suatu perairan mengalami sejumlah proses fisika, kimia, dan biologi yang berperan mengubah nasib (fate) dan karakteristik minyak. Secara kolektif, proses-proses tersebut dikenal sebagai pelapukan (weathering). Proses ini terjadi pada semua minyak yang tumpah ke laut, namun tingkat dan aspek penting setiap proses sangat bergantung pada jenis minyak dan kondisi perairan. Proses pelapukan tersebut akan mengubah komposisi, perilaku, keterpaparan, dan daya racun (toksisitas) minyak. Sebagai contoh, penetrasi minyak ke dalam kawasan lumpur bervegetasi (areal mangrove) dipengaruhi oleh kekentalan (viskositas) minyak. Minyak yang sudah mengalami pelapukan akan mempunyai tingkat penetrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan minyak yang belum mengalami pelapukan. Minyak yang sudah mengalami pelapukan akan mengandung komponen-komponen yang tidak larut dalam air, dan bergabung membentuk gumpalan-gumpalan (bola-bola) minyak (tarballs).
Gumpalan-gumpalan tersebut sudah barang tentu mengurangi potensi terjadinya kontak dengan biota air. Namun di sisi lain, burung dan mamalia laut lebih berpotensi untuk menghisap gumpalan-gumpalan minyak tersebut. Sementara itu, hilangnya komponen minyak dengan berat jenis kecil melalui penguapan dan atau pelarutan selama proses pelapukan menyebabkan minyak menjadi tenggelam dan meningkatkan kemungkinan pencemaran sedimen dan meningkatkan daya racun minyak di kolom air.

(4) Jalur Pergerakan Minyak
Untuk memastikan bahwa kerusakan sumberdaya perairan disebabkan pencemaran oleh minyak, maka harus dilakukan identifikasi jalur pergerakan minyak (pathways). Pemahaman tentang hal ini akan mempersempit dan memfokuskan investigasi kerusakan sumberdaya yang akan dilaksanakan, termasuk metodologi yang akan digunakan. Beberapa jalur utama pergerakan minyak sampai terjadinya keterpaparan minyak dengan sumberdaya pesisir dan laut, meliputi: permukaan air, ingesti (ingestion), inhalasi (inhalation), fisik (permukaan jaringan), atmosfer, sedimen, air tanah, dan kolom air.

(5) Keterpaparan Minyak
Terjadinya kontak atau terpaparnya (exposure) sumberdaya pesisir dan laut terhadap minyak dapat terjadi secara langsung dan tak langsung. Kemudian dalam menentukan apakah suatu sumberdaya pesisir dan laut telah mengalami kerusakan (injury) atau tidak, satu langkah penting yang perlu dilakukan adalah mendemonstrasikan adanya keterpaparan minyak dengan sumberdaya. Dengan demikian, penjelasan keterpaparan dalam keseluruhan pendugaan kerusakan (injury assessment) sumberdaya pesisir dan laut adalah menentukan. Dalam hal ini akan dapat diketahui adanya kontak sumberdaya dengan minyak, baik langsung maupun tidak langsung, memperkirakan jumlah atau konsentrasi minyak yang tumpah, dan memperkirakan luasan tumpahan minyak. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menggambarkan keterpaparan minyak dengan sumberdaya pesisir dan laut yaitu: tipe minyak, volume tumpahan, dampak pembersihan, tipe pantai, ukuran butir sedimen, tinggi pasang surut, kondisi cuaca, perilaku serta kehidupan biota, jangka waktu kontak, dan pendekatan
untuk kajian kontak.

(6) Pendekatan Untuk Kajian Kontak (Exposure)
Kontak (exposure) biasanya dievaluasi dengan kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif. Pemilihan strategi penentuan kontak (exposure) tergantung pada tipe minyak, volume yang tumpah, risiko kerusakan sumberdaya, kondisi lingkungan, dan ketersedian sumberdaya manusia, dana, serta peralatan

DAMPAK NEGATIF PENCEMARAN MINYAK
a. Dampak Terhadap Sumberdaya Non-Hayati
Air Permukaan dan Air Bawah Tanah
Air permukaan dan air bawah tanah merupakan jenis sumberdaya non-hayati
yang paling terpengaruh oleh tumpahan minyak. Hampir semua minyak
mentah dan produk pemurniannya mempunyai daya larut dalam air yang
rendah, biasanya kurang dari 50 mg/L. Bagian yang paling mudah larut
adalah komponen yang paling mudah menguap.

Sedimen dan Tanah
Sedimen dan tanah seringkali terkontaminasi minyak yang tumpah, karena
adanya kontak langsung maupun tidak langsung. Upaya-upaya pembersihan
untuk kontaminasi sedimen seringkali kurang efektif, khususnya jika aktivitas
ini justru semakin memperparah kerusakan (kasus sedimen berlumpur).
Udara

Kontaminasi terhadap udara biasanya jarang dipertimbangkan selama
kejadian tumpahan minyak. Namun demikian saat ini mulai muncul perhatian
akan bahaya penguapan benzene karena mempunyai efek karsinogenik
kepada manusia. Keadaan ini semakin penting untuk diantisipasi apabila
kejadian tumpahan minyak berada dekat dengan lokasi penduduk yang padat.
Benda Purbakala

Benda purbakala, cagar alam dan harta karun di dasar laut yang terkena
minyak dapat rusak atau berkurang nilai estetikanya. Oleh sebab itu nilai
jualnya akan berkurang.

b. Dampak Terhadap Sumberdaya Hayati
Dampak Terhadap Biota
Semua biota dapat terkena dampak tumpahan minyak, namun dalam
makalah ini penjelasan lebih ditekankan pada kelompok mamalia laut, ikan,
plankton dan/atau jasad renik, reptilia, moluska, krustasea dan inveterbrata
lainnya.

- Mamalia
Mamalia laut bisa menderita karena pengaruh tumpahan minyak. Sekecil
apapun tumpahan tersebut dapat sangat mempengaruhi kehidupannya.
Beberapa pengaruh minyak terhadap mamalia laut adalah: (1) Minyak mudah
lengket pada bagian tubuh mamalia laut, (2) Mudah dimangsa jika minyak
melengketkan sirip tubuhnya, sehingga membuat mamalia laut sulit
menghindari predator, (3) Kehilangan berat badan jika mamalia laut tidak bisa
makan karena terjadi pencemaran yang disebabkan oleh minyak di
lingkungannya, dan (4) Peradangan atau infeksi dapat terjadi pada dugong
dan kesulitan makan karena minyak menempel pada bulu sensor yang
terletak disekitar mulut.

- Ikan
Dampak negatif minyak terhadap ikan dipengaruhi oleh tingkat sensitivitas
dan kerentanan dari masing-masing spesies, lama keterpaparan, dan suhu
lingkungan serta kondisi arus dan gelombang. Sensitivitas dan kerentanan
spesies terutama dipengaruhi oleh tingkat (stadia) kehidupan, habitat, perilaku
dan jenis makanan.

- Plankton dan Jasad Renik Lainnya
Setelah mengalami keterpaparan, minyak dapat berpengaruh pula terhadap
kelangsungan hidup plankton dan jasad renik lainnya yang ada di perairan.
Kita ketahui bersama bahwa dalam keseimbangan ekologi di ekosistem
perairan, peran plankton baik fitoplankton maupun zooplankton, serta jasad
renik lainnnya di perairan, adalah sangat penting.

- Moluska, Reptilia, Krustasea dan Invertebrata Lainnya
Dampak keterpaparan minyak terhadap moluska dipengaruhi oleh sensitivitas
dan kerentanan spesies, tingkat (stadia) biota, habitat, dan makanan.
Kebanyakan moluska mempunyai telur yang bersifat benthik (di dasar
perairan) dan nektonik (melayang di kolom air), sehingga mengurangi
kerawanan kontak dengan lapisan minyak di permukaan. Namun demikian,
stadia larva banyak ditemukan di perairan dangkal dekat permukaan,
sehingga rawan terpapar minyak.

- Burung
Minyak mempengaruhi kehidupan biota laut dengan cara melapisi tubuhnya
dengan lapisan tebal. Karena kebanyakan minyak mengapung di atas
permukaan air, hal ini dapat mempengaruhi biota laut dan burung laut. Minyak
yang lengket pada bulu burung, biasanya minyak mentah dan bahan bakar
kapal, dapat menyebabkan banyak masalah pada biota tersebut.
Dampak Terhadap Ekosistem

- Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan ekosistem dengan produktivitas sangat tinggi.
Dampak pencemaran minyak terhadap terumbu karang dapat bersifat
mematikan (lethal) atau sub-lethal, misalnya pengurangan kemampuan
reproduksi, perkembangan larva dan kolonisasi, laju pertumbuhan,
kemampuan fotosintesa, struktur sel dan kemampuan makan. Luasan dan
tingkat kerusakan terumbu karang akibat pencemaran minyak berkaitan erat
dengan kepekaan dan kerentanan dari masing-masing spesies, lama
keterpaparan, dan suhu lingkungan.

- Mangrove
Minyak dapat mempengaruhi kehidupan mangrove dan organisme lain yang
berasosiasi pada mangrove. Minyak dapat menutupi daun, menyumbat akar
nafas, mencegah difusi garam dan menghambat proses respirasi pada
mangrove.

- Padang Lamun, Rumput Laut, dan Vegetasi Bawah Air Lainnya
Vegetasi bawah air meliputi spesies yang mempunyai akar vaskuler yang
terendam di bawah permukaan air, sebagai contoh lilia air, rumput laut, dan
lamun. Vegetasi bawah air sangat sensitif terhadap kontaminasi minyak,
karena vegetasi bawah air mimiliki produktivitas yang tinggi, berperan dalam
siklus nutrien, berfungsi sebagai kawasan asuhan, mencari makan, dan
berlindung berbagai spesies penting dan komersial tinggi dari jenis-jenis ikan.

- Kawasan Perikanan
Tumpahan minyak dapat mempengaruhi daerah penangkapan ikan dan
lingkungannya, yang meliputi:
(i) Daerah Perikanan Sensitif (Sensitive Areas),
Adalah area tertentu yang merupakan wilayah perikanan penting yang
mempunyai nilai sensitifitas tinggi dari gangguan lingkungan, seperti
daerah ruaya ikan, daerah pemijahan, daerah asuhan, daerah mencari
makan, daerah pembesaran, dan daerah perlindungan ikan (suaka
perikanan),
(ii) Daerah Penangkapan Ikan (Fishing Ground)
Merupakan wilayah perikanan tertentu yang ditetapkan sebagai daerah
penangkapan ikan karena sumberdaya ikannya potensial.
(iii) Daerah jalur-jalur penangkapan ikan, dan Wilayah Pengelolaan Perikanan.

c. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
Perikanan Budidaya
Dari aspek sosial ekonomi untuk perikanan budidaya, hal-hal yang perlu
mendapatkan perhatian apabila terjadi pencemaran minyak adalah a)
kawasan budidaya laut, b) kawasan budidaya tambak, c) pembenihan
(hatchery) biota budidaya laut, dan d) tambak garam.
Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan dokumen untuk klaim ganti
kerugian kawasan budidaya mencakup: a) luas dan lamanya kawasan
budidaya tersebut beroperasi/musim tanam yang terkena dampak, b) jenis,
jumlah, berat biota budidaya, c) perkiraaan produksi (kapasitas dan harapan
produksi) komoditi yang dapat dipanen, d) kompensasi tenaga kerja, dan e)
biaya pembersihan sarana dan prasarana budidaya.

Pembenihan (Hatchery) Biota Budidaya Laut dan Air Payau
Kegiatan ini akan terkena dampak langsung jika perairan laut tercemar,
karena air laut yang bersih merupakan kebutuhan mutlak bagi operasional
hatchery. Sehingga apabila terjadi pencemaran akibat tumpahan minyak,
maka semua aset hatchery yang terkena dampak dapat diajukan untuk
memperoleh klaim ganti kerugian, yang meliputi: a) jaring, b) filter air, c)
induk, d) benih, e) makanan alami, f) kompensasi tenaga kerja, dan g) biaya
pembersihan sarana dan prasarana. Disamping itu juga termasuk perkiraan
produksi, yang meliputi kapasitas produksi dan harapan produksi setiap siklus
hidup, yang dihitung selama dampak tersebut terjadi, yang kemungkinan lebih
dari 1 (satu) kali siklus hidup.

Tambak Garam.
Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan dokumen untuk klaim ganti
kerugian kawasan tambak garam mencakup: a) luas tambak yang terkena
dampak, b) jumlah garam yang rusak, c) sarana dan parasarana tambak
garam yang rusak, d) kompensasi tenaga kerja, dan e) biaya pembersihan
sarana dan prasarana.

Perikanan Tangkap.
Dalam kaitan dengan penyusunan dokumen untuk klaim ganti kerugian aspek
sosial ekonomi dari perikanan tangkap, maka beberapa hal yang perlu
dipersiapkan mencakup: a) kerugian nelayan karena tidak dapat melaut, b)
kerusakan perahu dan alat tangkap, misalnya: jaring, bagan tancap, bagan
apung, rumpon dasar dan apung, alat tangkap statis lainnya, c) biaya
pembersihan alat tangkap, dan d) penurunan hasil tangkap.

Pariwisata.
Tumpahan minyak dapat mencemari kawasan pariwisata pantai dan bahari.
Dalam kaitan dengan klaim ganti kerugian, maka perhitungan dapat dilakukan
dengan mengkalkulasi kerugian yang disebabkan oleh: a) penurunan jumlah
pengunjung, b) kerusakan sarana dan prasarana pariwisata, c) kehilangan
kesempatan bekerja, d) penurunan estetika lingkungan, dan e) luasan
kawasan yang tercemar.

PENUTUP

Demikian makalah ini disusun untuk menjadi bahan presentasi tentang tugas mengenai pencemaran linkungan laut terutama akibat “tumpahan minyak”untuk kita ketahui bersama bahwa bahaya akibat tumpahan minyak di Laut dapat menggangu ekosistem bawah laut selain itu dapat merugikan para nelayan dan petani rumput laut.Untuk itu diperlukan kesadaran kita semua untu memelihara lingkungan di laut agar keberlangsungan atas common heritage ini tetap terjaga.Dan semoga membawa manfaat bagi kehidupan mausia di masa-masa yang akan datang terutama di wilayah perairan Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2005. Catatan Sektor Pertambangan Hingga Tahun 2004.
Jaringan Advokasi Tambang (JATAM). Jakarta.
..................., 1969. International Convention on Civil Liability for Oil Pollution
Damage 1969. IMO. Sweden.
...................., 1992. Amandmen of International Convention on Civil Liability
for Oil Pollution Damage 1969. IMO. Sweden.
..................., 1997. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta.
...................., 2001. Undang-Undang Republik Indonesia No 22 tahun 2001
Tentang Minyak dan Gas Bumi. Jakarta.
....................... 2004. Draft Pedoman Umum Pedoman Umum Penyiapan dan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut